Adalah Brigadir Jenderal Polisi Ida Utari Permatasari, beliau polisi perempuan termuda yang mendapat anugerah bintang satu. Di usia 49 tahun Brigjen Ida mendapat bintang satu di tahun 2013 silam, yang langsung diberikan oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono waktu itu. Tidak sampai disitu, Brigjen Pol Ida Utari juga di nobatkan sebagai ketua Konferensi Polwan Sedunia. Brigjen Ida Utari yang berprestasi mendunia ini ternyata berasal dari kota kecil yang bernama Probolinggo.
Di kutip dari www. Timesindonesia.co.id dari wawancara dengan kedua orang tua beliau Bapak Loekito dan Ibu Titik Poernomowati, Brigjen Ida menyelesaikan pendidikan dasarnya di Taman Siswa, kemudian melajutkan studinya di SMPN 1 Probolinggo dan SMAN 1 Probolinggo. Selama menempuh pendidikan di SMAN 1 Probolinggo, Brigjen Ida cukup aktif berorganisasi sehingga ketika di bangku kuliah mendapatkan surat Wajib Militer dan masuk Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) angkatan 87. Saat ini Brigjen Pol Ida Utari merupakan wanita Indonesia pertama yang jadi Ketua Konferensi IAWP ( International Association of Women Police).
Di kutip dari IDN Times (27 Januari 2021), Brigjen Pol Ida Utari memaparkan bahwa Indonesia berhasil menjadi negara Asia pertama sebagai tuan rumah dalam Konferensi International Association of Women Police (IAWP). Bahkan, beliau ditunjuk sebagai polisi perempuan Indonesia pertama yang menjadi ketua persiapan pelaksanaan konferensi tersebut. Beliau menjelaskan “Secara administrasi sebenarnya ada beberapa negara yang sudah apply, tetapi yang ditunjuk hanya dua negara waktu itu, yakni Chicago dan Indonesia. Akhirnya kita apply, kita paparan, wah pokoknya all out kita di sana. Setelah itu kita dinyatakan lolos, Indonesia layak menjadi tuan rumah setelah 58 tahun dan ini yang pertama kali di Asia,” kata Brigjen Pol Ida Utari dengan penuh semangat.
Masih di kutip dari IDN Times (27 Januari 2021), Karir Gemilang Brigjen Pol Ida Utari ini di lalui dengan jalan cukup berliku. Riwayat keluarga beliau tidak ada yang berkarir sebagai polisi. Beliau tidak pernah bercita-cita menjadi polisi, alasan beliau terjun ke institusi kepolisian berawal dari sebuah surat wajib militer yang ditujukan untuk dirinya. Sebelum lulus kuliah beliau mendapat surat “wajib militer”, apabila tidak mengikutinya, maka akan dipidana kurungan tiga bulan. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengikuti wajib militer dan beberapa tes lainnya. Ketika lulus Brigjen Ida memilih Angkatan Darat dan Angkatan Laut, namun justru dialihkan untuk masuk ke Kepolisian.
Setelah lulus pada tahun 1987, Beliau masuk sebagai anggota satuan unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) di Polda Jawa Timur. Sayangnya, setelah 17 tahun menangani kasus perempuan dan anak, Brigjen Ida sempat mengalami guncangan psikis hingga membutuhkan bantuan psikiater. Akhirnya Brigjen Ida tidak boleh melakukan konseling lagi karena empati beliau terlalu dalam kepada orang lain. Brigjen Ida juga pernah bertugas di Polda Jatim dan BNN. Beliau berpesan “Setiap orang punya performance yang berbeda. Karena kita dilihat banyak orang, maka performance itu menjadi kunci yang pertama untuk dapat sukses di institusi kepolisian”. Beliau pun menambahkan beberapa tips lain agar para polisi perempuan lain dapat meraih jabatan tinggi sepertinya. Selain performance yang baik juga harus melakukan perubahan dan membangun jejaring yang baik dengan atasan maupun bawahan.